Sunday 21 June 2009

Aset Bangsa

Sabtu, 13 Juni 2009
21:22 WIB
Hmm…
Malam terakhir di Karimunjawa. Wew! Karimunjawa! Tapi aku ke sini bukan untuk tujuan piknik atau wisata liburan kuliah. Aku ke Karimunjawa untuk survey work camp IIWC bulan depan di sini, bersama mbak Ismi, staf IIWC, dan Gintas, relawan dari Jerman.
Rencananya, dalam kegiatan 2 kali 10 hari itu kami akan mengangkat isu tentang lingkungan, utamanya tentang kebersihan. Caranya dengan kunjungan ke beberapa SD disini dan SMP, kegiatan bersama ibu-ibu, serta acara bersih-bersih pantai. Yah, walaupun Cuma sebentar, kami berharap paling tidak rasa cinta kebersihan masyarakat Karimunjawa akan semakin kuat, terutama anak-anaknya. Karena memang sebaiknya pemahaman seperti itu ditanamkan sedini mungkin. Walaupun sebenarnya hal ini tidak terlepas dari peran orang tua anak-anak tersebut. Aku jadi berpikir, kenapa kebiasaan hidup bersih masih sangat sulit untuk ditanamkan di negeri ini.
Contoh mudah : tulisan-tulisan seperti “Jagalah Kebersihan”, “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”, “Dilarang Buang Sampah Sembarangan”, dan sejenisnya amat sering kita jumpai di berbagai tempat. Ironisnya, dengan mudahnya ‘tulisan-tulisan’ itu diabaikan. Setauku ada atauran, entah itu Perda, UU, atau aturan lainnya yang menyatakan akan memberikan denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Tapi mana realisasinya?
Mungkin pertanyaan yang berikutnya muncul adalah tentang siapa yang seharusnya bertanggung jawab akan pelaksanaan aturan tersebut. Polisi? Dinas Kebersihan Kota? TNI? Saya jamin perangkat tersebut pun, pasti pernah melanggar aturan tersebut, atau bahkan mungkin sering melanggarnya.
Ya, sebagai warga Negara yang baik, yang nilai PPKN atau Kewarganegaraannya 8 atau 9 atau bahkan 10 (Wow!), beberapa akan menganggap hal tersebut : tergantung pribadi masing-masing orang. Tapi itu aturan kan? Ada ketentuan tentang denda yang jelas kan? Berarti seharusnya ada yang berfungsi sebagai aparat penegak aturan itu, kan?
Setuju ya?
Semua hal tersebut membuatku berpikir tentang 1 hal : Manajemen Kebersihan Negara!
Ada, nggak?
Saat ini aku berpikir, beberapa guru kita lebih terlihat cemas ketika nilai-nilai mata pelajaran kita kurang atau jelek sekali. Kenapa mereka tidak lebih cemas kalau murid-muridnya tidak sopan dengan orang lain? Kenapa mereka tidak lebih perhatian ketika muridnya tidak buang sampah pada tempatnya, tidak mau merapikan kelas yang berantakan?
Walaupun aku tetap bersyukur, ada guru yang lebih memperhatikan pembentukan moral muridnya daripada nilai-nilai pelajaran mereka. Dan ini tidak berarti mereka mengesampingkan sisi akademik anak didik mereka.
Ya, aku sangat mengidolakan guru. Terutama guru-guru TK, dan SD kelas 1 maupun 2. Karena merekalah yang benar-benar memiliki peran besar dalam pembentukan watak manusia Indonesia. Namun ketika mantan murid mereka menjadi orang-orang yang kurang ajar, bukan berarti ini salah mereka. Lingkungan dimana anak-anak itu tumbuh pun ikut berpengaruh.
Dari sinilah aku menyadari satu asset vital untuk Negara ini : Anak-anak!

2 comments:

  1. aku terharu...
    jadi kangen sama camp-camp, tapi bukankah itu hanya bentuk pengabdian masa lalu? sekarang saatnya mengabdi dengan cara yang baru, yang penting tetap mengabdi dan halal. hehehe...
    teruskan perjuangan demi bangsa, yo le! tidak banyak yang menyadari bobroknya bangsa kita sekaligus bisa mencintainya tanpa merugikan siapa....aduh kok jadi mbluthu yo komen-ku...hehehe....SEMANGAT!!!

    ReplyDelete
  2. makasih, mbahhhh...

    ya beginilah.. sayang, kadang2 idealisme hanya berdiri sendiri, jadi ya susah merealisasikannya..

    ReplyDelete